Selasa, 10 Februari 2015 13:17 wIB
JAKARTA - Tahun ini, Panitia Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) akan memprioritaskan sekolah yang
beraktreditasi A untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sementara, Ujian
Nasional (UN) hanya sebagai salah satu syarat pintu masuk siswa mendaftar di
PTN.
Ketua Panitia Penerimaan SNMPTN, Rochman Wahah mengatakan, penerimaan jalur
SNMPTN setiap PTN mempunyai ketentuan yang berbeda-beda dalam menerima calon
mahasiswa / i dan kebijakan tersebut tergantung dari pengalaman perguruan
tinggi tersebut. Misalnya, dari nilai evaluasi prestasi dari minat (interest),
bakat (aptitude), kemampuan (competency), dan pengalaman (experince) siswa
bidang yang diminatinya.
"Nilai sekolah disetiap daerah / kota bisa berbeda-beda, meskipun nilainya
sama dalam mata pelajaran tertentu dengan nilai 8 atau 9 bisa berbeda bobotnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari aktreditasi sekolah, dan banyak alumsi sekolah
tersebut diterima di Program SNMPTN. Nantinya, kita akan melihat nilanya,
ketika dari sekolah yang maju dipriortaskan masuk," ungkap dia dalam jumpa
pers Pendaftaran SNPTN 2015, di gedung Kementerian Riset Teknologi dan dan
Dikti (Kemenristek), Jakarta, Senin (9/2).
Maka, dalam program SNMPTN tersebut sekolah-sekolah harus mendaftarkan
Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) di www.pdss.snmptn.ac.id. Sebab
komponen PDSS menentukan siswa sekolah diterima dengan melihat prestasi dan
portofolio akademik, agar panitia SNMPTN dapat melakukan penelusuran dengan
mudah. Ada pun pengisian data PDSS telah dibuka sejak 22 Januari 2015 dan
ditutup sampai 12 Maret 2015.
"Belakangan ini UN sudah tidak terkait dengan standar kelulusan. Kita
sebagai penyelenggara Universitas memberikan pertimbangan. Disamping, nilai,
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) memberi kategori sekolah baik (A), hitam (C) dan
abu-abu (B) untuk setiap sekolah," ungkap Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY).
Ia menambahkan, siswa lulusan SMA dapat dengan mudah mendaftar SNMPTN lewat
jalur online www.snmptn.ac.id dan pendaftaran SNMPTN dibuka pada 13 Februari
2015 - 15 Maret 2015. Sedangkan, untuk pengumumanya dilaksanakan pada 9 Mei
2015. "Tahun ini, daya tampung untuk menerima SNMPTN sebanyak 137.781
dengan ketentuan siswa bisa memilih 2 perguruan tinggi, tapi harus berbeda letak
provinsinya. Sementara, untuk peserta SNMPTN maksimal dapat memilih 3 program
study, dengan aturan 2 program study di PTN yang sama dan 1 di program study di
PTN yang berbeda," tandasnya.
Nah, untuk total PTN yang menyelenggaran SNMPTN sebanyak 63 PTN dan 14 PTN
baru. Namun, bagi 14 PTN baru bersifat magang kepada 63 PTN yang lama.
Dikarenakan 14 PTN tersebut belum mengetahui mekanisme penerimaannya. Ia
mencontohkan, UNY dalam SNMPTN mengikuti Univeritas Gajah Mada (UGM), artinya
ada 77 yang menyelengarakan SNMPTN.
Ditambahkan, Bendahara Penerimaan SNMPTN dari Rektor Universitas Negeri Solo
(UNS), Ravik Karsidi, dalam program SNMPTN, dikhususkan bagi siswa-siswi yang
fresh graduate atau baru lulus dan kuota penerimaan 50 persen. Sedangkan
program Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diperuntuhkan
bagi calon mahasiswa diluar fresh graduate atau maksimal 3 tahun setelah lulus
SMA.
Terpisah, Pengamat Pendidikan Doni Koesoema mengatakan penilaian SNMPTN tahun
2015 dengan memprioritaskan sekolah lewat akreditasi bagus sangat
diskriminatif, dengan memberi kategori sekolah baik (A), sekolah hitam (C) dan
sekolah abu-abu (B). dikarenakan, untuk daerah di bagian timur kesempatan masuk
PTN sangat kecil. "Sebaiknya SNMPTN dihapuskan saja. Program SNMPTN
dilakukan berbasis terbuka untuk semua publik, agar semua sekolah mempunyai
kesempatan yang sama," pintanya.
Selain itu, jalur penerimaan prestasi lewat akademik di SNMPTN, memunculkan
manipulasi pada nilai rapat. Beberapa sekolah berlomba-lomba siswanya bisa
lolos di SNMPTN, dikarenakan bobot 50 persen penerimaan PTN di jalur ini.
Contohnya, di tahun lalu sebanyak 150 sekolah lebih terbukti memanipulasi data
raport untuk masuk PTN dan dilaporkan ke Ombudsman. "Tapi, sampai sekarang
laporan tersebut tidak ditindaklanjuti," katanya. Ia menyarakan, SNMPTN
diubah dengan sistem ujian tulis dikarenakan dalam tes tulis bisa dilihat
kemampuan penilian siswa, tanpa ada manipulasi data di rapot dan jual beli
nilai. (her/rp)
Sumber: Radarpena
Thursday, 26 May 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
BASIS, Nomor 07-08, Tahun ke- 5 5, Juli-Agustus 2006, hlm 62-68 Doni Koeseoema, A Keluarga sebagai locus educationis telah la...
-
Doni Koesoema A. Pendidikan karakter pertama kali dicetuskan oleh pedagog Jerman F.W.Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter yang menekank...
-
BAB I PENDIDIKAN KARAKTER SEBUAH TINJAUAN HISTORIS 1.1. Perang melawan lupa 1.2. Pendidikan karakter aristokratis ala Homeros 1.3. Pendidik...