Tumbuhkan Rasa Nasionalisme Pada Siswa
Rabu, 15 Juli 2015 , 10:51:00 WIB
Rabu, 15 Juli 2015 , 10:51:00 WIB
Harian
Rakyat Merdeka
RMOL. Guru dan sekolah memiliki peran
dalam menumbuhkan nasionalisme dan sikap cinta Tanah Air di kalangan siswa.
Mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan di sekolah dinilai langkah efektif untuk
menumbuhkan nasionalisme pada generasi muda.
Anggota Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Doni Koesoema mengatakan, menumbuhkan rasa nasionalisme pada siswa tergantung bagaimana para guru mengajarkan nasionalisme secara berkualitas.
Menurutnya, banyak atau sedikitnya jam belajar untuk mata pelajaran sejarah tidak secara langsung mempengaruhi semangat dan rasa nasionalisme anak, karena belajar sejarah hanya salah satu sarana untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.
"Nasionalisme akan tumbuh pada anak, tergantung bagaimana guru mengajarkan nasionalisme secara berkualitas dalam kehidupan sehari-hari," katanya di Jakarta, kemarin.
Doni berpendapat, guru harus mampu memberikan contoh serta mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dengan menanamkan sikap nasionalisme dengan menghargai kebhinnekaan. "Serta bangga sebagai bangsa Indonesia, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu Bendera, dan beberapa lagu nasionalisme dan patriotisme lainnya," ujarnya.
Sekjen Gerakan Indonesia Pintar (GIP), Alpha Amirrachman, menyebutkan sampai saat ini potret buruk kondisi anak Indonesia secara nyata masih menjadi ancaman bagi tumbuh kembang generasi penerus bangsa.
"Mulai dari liberasi ekonomi, yang telah melahirkan gaya hidup hedonis dan menghilangnya batas-batas budaya karena pengaruh global,sehinggaa munculnya perilaku individualitas sebagai generasi instan yang ditunjukan pelajar sehari-hari," katanya.
Dia menuturkan, banyak masalah mulai terjadi karena kebijakan ekonomi yangtimpang akibat pemaparan budaya global tidak diimbangi dengan ketahanan dari pribadi dan kelompok sosial. "Pada akhirnya, sering ditemukan fenomena negatif di kalangan pelajar, seperti perkelahian, bullying, dan penyalahgunaan narkoba, dan fundamenatalisme agama," ungkapnya.
Alpha mengusulkan, ke depan perlu ditanamkan budi pekerti sejak usia dini, dengan diajarkan secara terusa menerus. "Sehingga nilai tersebut dapat menjadi pilihan utama anak atas didukung dari semua aktor pendidikan," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Budaya, Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikbud), Anies Baswedan, berencana kembali merutinkan pelaksanaan upacara bendera di sekolah. Dia menargetkan rencananya itu bisa terealisasi pada tahun ajaran 2015-2016.
"Mulai tahun ajaran besok setiap Senin ada upacara bendera di sekolah," katanya di kantor Kemdikbud, Jumat (10/7). Anies menjelaskan, pengintensifan upacara bendara setiap pekan bertujuan untuk memupuk rasa cinta Indonesia sejak dini.
Selain upacara, Mendikbud juga akan menginstruksikan setiap hari di sekolah menyanyikan Indonesia Raya dan membaca doa. Kedua kegiatan itudilakukan sebelum pelajaran dimulai. "Jadi mereka punya kebiasaan lagi menyanyikan Indonesia Raya setiap hari di semua sekolah, lalu di akhirditutup dengan menyanyikan lagu daerah atau wajib atau bernuansapatriotik lalu diakhiri doa," katanya.
Anies menekankan, sudah sepatutnya kegiatan-kegiatan itu dilakukan di sekolah. Sebab, hal tersebut merupakan budaya nasionalisme Indonesia. "Ini bagian penting dari pembiasaan fasenya begini diajarkan, dibiasakan, didisiplinkan, sehingga bisa menjadi kebiasaan lalumenjadi kebudayaan itu urutannya," pungkasnya. ***
Anggota Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Doni Koesoema mengatakan, menumbuhkan rasa nasionalisme pada siswa tergantung bagaimana para guru mengajarkan nasionalisme secara berkualitas.
Menurutnya, banyak atau sedikitnya jam belajar untuk mata pelajaran sejarah tidak secara langsung mempengaruhi semangat dan rasa nasionalisme anak, karena belajar sejarah hanya salah satu sarana untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.
"Nasionalisme akan tumbuh pada anak, tergantung bagaimana guru mengajarkan nasionalisme secara berkualitas dalam kehidupan sehari-hari," katanya di Jakarta, kemarin.
Doni berpendapat, guru harus mampu memberikan contoh serta mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dengan menanamkan sikap nasionalisme dengan menghargai kebhinnekaan. "Serta bangga sebagai bangsa Indonesia, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu Bendera, dan beberapa lagu nasionalisme dan patriotisme lainnya," ujarnya.
Sekjen Gerakan Indonesia Pintar (GIP), Alpha Amirrachman, menyebutkan sampai saat ini potret buruk kondisi anak Indonesia secara nyata masih menjadi ancaman bagi tumbuh kembang generasi penerus bangsa.
"Mulai dari liberasi ekonomi, yang telah melahirkan gaya hidup hedonis dan menghilangnya batas-batas budaya karena pengaruh global,sehinggaa munculnya perilaku individualitas sebagai generasi instan yang ditunjukan pelajar sehari-hari," katanya.
Dia menuturkan, banyak masalah mulai terjadi karena kebijakan ekonomi yangtimpang akibat pemaparan budaya global tidak diimbangi dengan ketahanan dari pribadi dan kelompok sosial. "Pada akhirnya, sering ditemukan fenomena negatif di kalangan pelajar, seperti perkelahian, bullying, dan penyalahgunaan narkoba, dan fundamenatalisme agama," ungkapnya.
Alpha mengusulkan, ke depan perlu ditanamkan budi pekerti sejak usia dini, dengan diajarkan secara terusa menerus. "Sehingga nilai tersebut dapat menjadi pilihan utama anak atas didukung dari semua aktor pendidikan," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Budaya, Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikbud), Anies Baswedan, berencana kembali merutinkan pelaksanaan upacara bendera di sekolah. Dia menargetkan rencananya itu bisa terealisasi pada tahun ajaran 2015-2016.
"Mulai tahun ajaran besok setiap Senin ada upacara bendera di sekolah," katanya di kantor Kemdikbud, Jumat (10/7). Anies menjelaskan, pengintensifan upacara bendara setiap pekan bertujuan untuk memupuk rasa cinta Indonesia sejak dini.
Selain upacara, Mendikbud juga akan menginstruksikan setiap hari di sekolah menyanyikan Indonesia Raya dan membaca doa. Kedua kegiatan itudilakukan sebelum pelajaran dimulai. "Jadi mereka punya kebiasaan lagi menyanyikan Indonesia Raya setiap hari di semua sekolah, lalu di akhirditutup dengan menyanyikan lagu daerah atau wajib atau bernuansapatriotik lalu diakhiri doa," katanya.
Anies menekankan, sudah sepatutnya kegiatan-kegiatan itu dilakukan di sekolah. Sebab, hal tersebut merupakan budaya nasionalisme Indonesia. "Ini bagian penting dari pembiasaan fasenya begini diajarkan, dibiasakan, didisiplinkan, sehingga bisa menjadi kebiasaan lalumenjadi kebudayaan itu urutannya," pungkasnya. ***
Sumber: Republika