JAKARTA - Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia
(FSGI), Retno Listyarti mengatakan, ia meragukan kemampuan Anies Baswedan
sebagai menteri kebudayaan dan pendidikan dasar dan menengah (menbud
dikdasmen).
Ia menilai pengalaman Anies di bidang pendidikan dasar
dan menengah sangat minim. Jadi, dia harus memilih orang yang tepat untuk
menduduki jabatan sebagai dirjen di kementeriannya. “Dirjen yang sekarang bukan
tipe yang diinginkan Indonesia baru. Jadi, Anies harus memilih dirjen yang
tepat,” ujar Retno kepada SH, Senin (27/10).
Menurutnya, orang yang tepat menduduki jabatan dirjen adalah mereka yang memahami lapangan dan medan di pendidikan dasar dan menengah. Para dirjen tersebut harus memahami persoalan-persoalan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. “Paling tidak ada lima persoalan yang perlu menjadi prioritas,” ucapnya.
Menurut Retno, lima persoalan yang mendesak harus dilakukan pada pendidikan dasar dan menengah, di antaranya menghapus UN sebagai penentu kelulusan, menghentikan Kurikulum 2013, menguatkan budaya keragaman di sekolah negeri, menghentikan kekerasan dalam dunia pendidikan, dan menindak tegas korupsi di bidang pendidikan.
Retno mengungkapkan, mereka yang memegang jabatan dirjen tidak harus dari internal Kemendikbud. “Kalau menteri adalah jabatan politis. Namun, kalau dirjen jabatan karier. Jadi, guru juga bisa menjadi dirjen,” ujarnya.
Kurang Berani
Retno menilai, Anies adalah pribadi yang terbuka,
bersih, dan santun. Namun, untuk menjadi menbud dikdasmen, menurut Retno, Anies
belum memadai. Ia menilai, selama ini dari setiap pernyataannya, Anies
menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang cenderung mencari aman.
Anies kurang memiliki keberanian dalam bersikap sehingga Retno meragukan menbud dikdasmen ini akan berani menghentikan Ujian Nasional (UN) sebagai penentu kelulusan. Padahal, janji kampanye Joko Widodo (Jokowi) sepengetahuan Retno adalah menghentikan UN sebagai penentu kelulusan. “Saya juga ragu Anies akan berani menghentikan UN, apalagi menghentikan Kurikulum 2013,” kata Retno.
Anies kurang memiliki keberanian dalam bersikap sehingga Retno meragukan menbud dikdasmen ini akan berani menghentikan Ujian Nasional (UN) sebagai penentu kelulusan. Padahal, janji kampanye Joko Widodo (Jokowi) sepengetahuan Retno adalah menghentikan UN sebagai penentu kelulusan. “Saya juga ragu Anies akan berani menghentikan UN, apalagi menghentikan Kurikulum 2013,” kata Retno.
Pengamat pendidikan Doni Koesoema Albertus mengatakan,
menbud dikdasmen yang baru perlu menghapus UN sebagai syarat kelulusan siswa
dan perlu melakukan moratorium Kurikulum 2013. Pasalnya, aturan Kemendikbud
bahwa UN sebagai penentu kelulusan siswa selama ini telah merusak pendidikan
nasional. “Praktik penyelenggaraan UN selama satu dasawarsa lebih tidak
terbukti meningkatkan kualitas pendidikan,” tutur Doni.
Menurutnya, Kurikulum 2013 secara konseptual keliru sehingga pelaksanaannya di lapangan kacau-balau. “Untuk itu, Kurikulum 2013 perlu dihentikan. Kurikulum seharusnya diujicobakan secara terbatas sampai teruji hasilnya, baru diterapkan kembali,” ujar Doni.
Hal senada juga diutarakan Kepala Sekolah SD Negeri Menteng 01, Jakarta Pusat, Akhmad Solikhin. Dia menyebutkan, pekerjaan pertama yang harus diselesaikan menbud dikdasmen adalah mengevaluasi Kurikulum 2013.
Menurutnya, Kurikulum 2013 secara konseptual keliru sehingga pelaksanaannya di lapangan kacau-balau. “Untuk itu, Kurikulum 2013 perlu dihentikan. Kurikulum seharusnya diujicobakan secara terbatas sampai teruji hasilnya, baru diterapkan kembali,” ujar Doni.
Hal senada juga diutarakan Kepala Sekolah SD Negeri Menteng 01, Jakarta Pusat, Akhmad Solikhin. Dia menyebutkan, pekerjaan pertama yang harus diselesaikan menbud dikdasmen adalah mengevaluasi Kurikulum 2013.
Sementara itu, Bedjo Subagio, orang tua siswa di sebuah
sekolah di kawasan Jakarta Pusat mengatakan, berharap Kartu Indonesia Pintar
(KIP) bisa segera diberlakukan, dan permasalahan-permasalahan terkait Biaya
Operasional Sekolah (BOS) segera diselesaikan.
Sumber : Sinar Harapan