Friday 28 November 2014

Revolusi Mental Dimulai dari Guru


27 November 2014 14:41 Wheny Hari Muljati Pendidikan 



JAKARTA – Jalan utama mewujudkan revolusi mental bangsa, salah satunya adalah melalui pendidikan. Guru merupkan salah satu unsur penting pendidikan, sehingga revolusi mental harus didahului perubahan mental para guru.

Pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Mohammad Abduhzen, mengatakan hal ini kepada SH, Rabu (26/11). “Para guru harus mengubah pola pikir terhadap profesinya, terhadap muridnya, dan terhadap pembelajaran yang diampunya,” ujar Abduhzen terkait revolusi mental guru dalam memperingati Hari Guru Nasional setiap 25 November.

Revolusi mental berarti guru mampu mengubah pola pikir, mampu menyadari bahwa profesinya merupakan jalan hidup, bentuk pengabdian kepada Tuhan melalui pengabdian kepada manusia. “Jadi, guru harus memiliki landasan spiritual terkait profesinya,” ucap Abduhzen.

Guru perlu memahami bahwa siswa sebagai manusia yang menyimpan berbagai potensi (homo potens). Dengan begitu, guru harus mampu memfasilitasi para siswa agar dapat mengalami proses tumbuh kembang menurut kodrat mereka. Juga, bahwa proses pembelajaran harus menjadi proses yang menyenangkan.

“Dalam pembelajaran, guru dan murid harus senang. Pelatihan penting untuk mendorong perubahan pola pikir guru terkait profesinya, muridnya, dan pembelajarannya,” tutur Abduhzen.

Visi Moral
 
Pengamat pendidikan, Doni Koesoema Albertus mengatakan, revolusi mental guru terutama terkait visi-misi dirinya sebagai individu pendidik. Motivasi individu yang kuat dan kokoh akan membuat guru tetap berkomitmen mengajar dan mendidik siswa, meskipun sistem, struktur, dan kebijakan belum berpihak padanya.

“Revolusi mental guru harus mengarah kepada pembentukan jati diri guru sebagai sosok teladan moral,” kata Doni.

Revolusi mental harus dimulai dari individu guru, apa pun tingkatan unit mengajarnya, mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga tingkat dasar dan menengah. “Harus simultan dan serentak,” ucap Doni.

Ia mengatakan, revolusi mental individu guru juga perlu dilakukan serentak, dengan perubahan struktural berupa reformasi kebijakan. Reformasi kebijakan harus dimulai dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ini agar Kemendikbud lebih terbuka, komunikatif, dan dialogis.
 
“Mereka harus mau mendengarkan para pemangku kepentingan agar kebijakan pendidikan berjalan baik,” ujar Doni.

Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Henny Supolo mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dimiliki guru. Guru harus memiliki kesenangan belajar dari berbagai sumber, mempunyai wawasan keragaman, mengutamakan kepentingan siswa, mengakomodasi keunikan siswa, tidak menoleransi kekerasan, menolak menjadi bagian korupsi di dunia pendidikan, serta mampu memberdayakan dirinya sendiri.

Dalam seminar penguatan organisasi, para guru memperlihatkan terbatasnya pemahaman mengenai hak mereka dalam berorganisasi. “Padahal, melalui organisasi langkah guru justru bisa lebih efektif,” kata Henny.

Sumber : Sinar Harapan

No comments:

Pendidikan Keagamaan