PENDIDIKAN KARAKTER SEBUAH TINJAUAN HISTORIS
1.1. Perang melawan lupa
1.2. Pendidikan karakter aristokratis ala Homeros
1.3. Pendidikan karakter populer dalam Hesiodos
1.4. Pendidikan karakter patriotis spartan
1.5. Pendidikan karakter harmonis ala Atena
1.6. Pendidikan karakter retoris Atena
1.7. Sokrates, “kenalilah dirimu sendiri”
1.8. Plato, “Mencetak seorang filsuf pemimpin”
1.9. Pendidikan karakter kosmopolitan hellenis
1.10. Pendidikan karakter ala Romawi
1.11. Pendidikan karakter kristiani
1.12. Pendidikan karakter modern
1.13. Pendidikan karakter F.W. Foerster
1.14. Pendidikan karakter di Indonesia
BAB II
PENDIDIKAN
2.1. Etimologi
2.2. Kegiatan manusiawi
2.3. Tindakan edukatif
2.4. Tindakan didaktis
2.5. Generasi yang sedang bertumbuh
2.6. Persoalan seputar tujuan pendidikan
2.6.1. Tiga fungsi normatif pendidikan
2.6.2. Asal usul tujuan pendidikan
2.6.3. Proses internal dan eksternal
2.6.4. Stabilitas dan fleksibilitas tujuan pendidikan
2.6.5. Persoalan seputar temporalitas tujuan pendidikan
2.6.6. Manusia menentukan tujuan pendidikan
2.6.7. Tujuan pamungkas pendidikan
BAB III
KARAKTER
2.2. Kegiatan manusiawi
2.3. Tindakan edukatif
2.4. Tindakan didaktis
2.5. Generasi yang sedang bertumbuh
2.6. Persoalan seputar tujuan pendidikan
2.6.1. Tiga fungsi normatif pendidikan
2.6.2. Asal usul tujuan pendidikan
2.6.3. Proses internal dan eksternal
2.6.4. Stabilitas dan fleksibilitas tujuan pendidikan
2.6.5. Persoalan seputar temporalitas tujuan pendidikan
2.6.6. Manusia menentukan tujuan pendidikan
2.6.7. Tujuan pamungkas pendidikan
BAB III
KARAKTER
3.1. Pemahaman umum tentang karakter
3.2. Dari kualitas menuju struktur
3.3. Paradoks pemahaman
3.4. Etimologi dan interpretasi atas karakter
3.5. Berbagai pendekatan tentang karakter
3.6. Mekanisme internal
3.7. Karakter mengarahkan individu ke masa depan
3.8. Menghormati ruang bagi misteri
3.9. Mengatasi karakter (beyond character)
BAB IV
PENDIDIKAN KARAKTER
3.2. Dari kualitas menuju struktur
3.3. Paradoks pemahaman
3.4. Etimologi dan interpretasi atas karakter
3.5. Berbagai pendekatan tentang karakter
3.6. Mekanisme internal
3.7. Karakter mengarahkan individu ke masa depan
3.8. Menghormati ruang bagi misteri
3.9. Mengatasi karakter (beyond character)
BAB IV
PENDIDIKAN KARAKTER
4.1 Mengajarkan karakter?
4.2. Edukabilitas manusia
4.3. Urgensi Pendidikan Karakter
4.4. Kemunduran pendidikan karakter
4.5. Tujuan pendidikan karakter
BAB V
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEDAGOGI
4.2. Edukabilitas manusia
4.3. Urgensi Pendidikan Karakter
4.4. Kemunduran pendidikan karakter
4.5. Tujuan pendidikan karakter
BAB V
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEDAGOGI
5.1. Pendidikan karakter sebagai pedagogi
5.2. Tiga matra pendidikan karakter
5.3. Sebelas kanon pengajaran moral menurut Komenský
BAB VI
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERISTIWA-PERISTIWA PENDIDIKAN
5.2. Tiga matra pendidikan karakter
5.3. Sebelas kanon pengajaran moral menurut Komenský
BAB VI
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERISTIWA-PERISTIWA PENDIDIKAN
6.1. Visi pendidikan karakter lembaga pendidikan
6.2. Individu-individu dalam lembaga pendidikan (sekolah)
6.2.1. Etika profesi adalah jiwa pendidikan karakter di sekolah
6.2.2. Formasi guru
6.3. Individu dan lembaga keluarga
6.4. Individu dan lembaga sosial lain dalam masyarakat
6.5. Kebijakan negara
BAB VII
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
6.2. Individu-individu dalam lembaga pendidikan (sekolah)
6.2.1. Etika profesi adalah jiwa pendidikan karakter di sekolah
6.2.2. Formasi guru
6.3. Individu dan lembaga keluarga
6.4. Individu dan lembaga sosial lain dalam masyarakat
6.5. Kebijakan negara
BAB VII
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
7.2. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
7.3. Metodologi pendidikan karakter
7.3.1. Mengajarkan
7.3.2. Keteladanan
7.3.3. Prioritas
7.3.4. Praksis prioritas
7.3.5. Refleksi
7.4. Prinsip-prinsip dasar pendidikan karakter
BAB VIII
LOCUS EDUCATIONIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
8.1. Sekolah sebagai wahana aktualisasi nilai
8.2. Setiap perjumpaan adalah momen pendidikan nilai
8.3. Wawasan Wiyatamandala pada Masa Orentasi Sekolah
8.4. Manajemen kelas
8.5. Penegakan kedisiplinan di sekolah
8.6. Pendampingan perwalian
8.7. Pendidikan agama bagi pembentukan karakter
8.8. Pendidikan jasmani dan distorsi bagi pendidikan karakter
8.9. Pendidikan estetika dan bahayanya bagi pendidikan karakter
8.10. Mengembangkan kurikulum secara integral
8.11. Pendidikan kehendak melalui pengalaman
BAB IX
PENILAIAN PENDIDIKAN KARAKTER
8.2. Setiap perjumpaan adalah momen pendidikan nilai
8.3. Wawasan Wiyatamandala pada Masa Orentasi Sekolah
8.4. Manajemen kelas
8.5. Penegakan kedisiplinan di sekolah
8.6. Pendampingan perwalian
8.7. Pendidikan agama bagi pembentukan karakter
8.8. Pendidikan jasmani dan distorsi bagi pendidikan karakter
8.9. Pendidikan estetika dan bahayanya bagi pendidikan karakter
8.10. Mengembangkan kurikulum secara integral
8.11. Pendidikan kehendak melalui pengalaman
BAB IX
PENILAIAN PENDIDIKAN KARAKTER
9.1. Belajar dari kasus Ujian Nasional
9.2. Siapa yang berwewenang menilai?
9.3. Hakekat dan tujuan penilaian pendidikan karakter
9.4. Kriteria penilaian pendidikan karakter
9.5. Performa sekolah “membuat besi menjadi emas”
9.6. Menuju kepemimpinan pendidikan berkarakter
Epilog
MENUJU KEWARGANEGARAAN GLOBAL
Daftar Pustaka
9.2. Siapa yang berwewenang menilai?
9.3. Hakekat dan tujuan penilaian pendidikan karakter
9.4. Kriteria penilaian pendidikan karakter
9.5. Performa sekolah “membuat besi menjadi emas”
9.6. Menuju kepemimpinan pendidikan berkarakter
Epilog
MENUJU KEWARGANEGARAAN GLOBAL
Daftar Pustaka
10 comments:
(clapping) great job, Doni. Bikin ngiler deh nich buku. Kapan ya mengikuti jejakmu? Tuh ada blogger nanya kok kamu gak jawab commentnya. www.jennieforindonesia.com
kapan-kapan mampir ke tempatku ya:
http://theologianatcalvary.blogspot.com
Thanks, Andalas. Kapan bukumu,ya?Sukses juga ya. Btw, mana komentarnya si Jennie, aku kok tidak lihat.
Hallo Romo Doni..
Saya dapat sms dari Harum kalau harus beli buku ini..sepertinya memang betul: harus beli, maksudnya.. hehe.
Tapi, Romo harus janji kalau ketemu saya, buku itu harus ditandatangani ya?
Teriring salam,
bene (secret admirer)
Mungkin nih buku harus dibaca dari belakang ya.. karena baru di bab 4 mulai "panas", semakin ke belakang akan menjadi wacana baru bagi pembaca, terutama pendidik dan orang tua. Sejarah dan arti kata pendidikan karakter terlalu banyak dikupas. Kalau boleh usul, pemahaman akan arti pendidikan karakter itu tidak perlu diulang berkali-kali dalam setiap sub. Bagaimanapun, saya ucapkan selamat atas buku perdana Rm. Mudah-mudahan buku selanjutnya akan lebih baik dengan mengupas secara detail konsep sistem pendidikan karakter di konteks sekolah agar bisa menjadi pegangan, plus strategi jitu untuk orang tuanya (bukan hanya cakupan kecil saja)
Untuk orang tua dan guru, sebaiknya baca langsung saja bab IV. Bab 1 sampai 3 memberikan dasar historis dan filsafat tentang pendidikan karakter. Bab 4 dan 5 merupakan penjelasan sistematis, sedangkan bab 6 lebih pada kontektualisasinya di sekolah. Kalau Anda sebagai orang tua, saya anjurkan baca bab 4 dan 6 terlebih dahulu.
Salam hangat,
Penulis
jennie pernah kasih comment... kira-kira ia searus pemikiran dengan kamu... hmmm... ia seorang konstruktivis... pernah kasih comment... tapi hilang kali ya... waktu kamu bongkar-bongkar blog ini...
Aku udah menemukan kok. Ternyata dia kasih kommen di page yang judulnya Pendidikan Karakter. Dia konstruktifis? Berarti sama segagasan dengan aku, tapi dia social contructivis atau learning constructivis?
Salam,
Penulis
selamat atas terbitnya buku perdana Romo. Aku doakan semoga sukses selalu menyertaimu
bagus, itulah kata yang bisa saya ucapkan atas terbitnya buku tentang pendidikan karakter
http://keyanaku.blogspot.com
http://myphonex.blogspot.com
Kapan buku kedua digarap? Buat buku dengan konsep yang beda ya. Misalnya nih, usul lho... ada sebuah kasus terjadi di dunia sekolah, dibuat cerita yang menarik kemudian biarkan pembaca merenungkan sebaiknya apa yang bisa dilakukan oleh pihak orang tua, murid daan sekolah itu sendiri. Ceritanya singkat aja agar dalam satu buku memuat banyak cerita. Gimana?
Post a Comment