Pemerhati pendidikan, Doni Koesoema A, mengingatkan
terdapat 5 persoalan di dunia pendidikan Indonesia yang harus segera
diselesaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Pertama, Anis diminta segera menghapus keberadaan
Ujian Nasional yang selama ini digunakan sebagai syarat kelulusan di sekolah-sekolah.“Selama 10 tahun, Ujian Nasional tak terbukti meningkatkan kualitas pendidikan,” kata Doni, kepada Geotimes di Jakarta,
Selasa (28/10).
Kedua, Doni meminta mendikbud yang baru untuk
memoratorium Kurikulum 2013 yang saat ini sudah dijalankan. Kurikulum tersebut
dinilai tidak matang secara konsep dan praktik, sehingga terkesan dipaksakan.
“Sementara kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sambil menunggu perbaikan,” katanya.
Ketiga, mengembalikan hakikat sekolah negeri sebagai
sekolah yang mengajarkan prinsip keragaman kebhinekaan di antara para siswanya.
“Sekolah negeri adalah tempat penyemaian keragaman,
sekarang justru terjadi dominasi seperti pada acara keagamaan. Itu tak
mencerminkan kebhinekaan,” katanya.
Keempat, Mendikbud diminta segera menyelesaikan kasus
kekerasan yang terjadi di tiap level sekolah.
Doni melihat, menteri pendidikan sebelumnya tidak
begitu serius membenahi persoalan kekerasan di sekolah.
Kelima, ia meminta ketegasan mendikbud untuk
memberantas praktik korupsi di dunia pendidikan.
“Korupsi di pendidikan itu sudah sangat sistematis,
terstruktur, dan massif,” katanya.
Hal itu dilakukan demi kebaikan siswa, sebab tiap
praktik korupsi di dunia pendidikan yang dirugikan adalah siswa.
Ia mencontohkan korupsi terjadi mulai dari pemilihan kepala sekolah rawan praktik korupsi, sampai uang Bantuan Operasional Sekolah yang dikuasai kepala sekolah.
Ia mencontohkan korupsi terjadi mulai dari pemilihan kepala sekolah rawan praktik korupsi, sampai uang Bantuan Operasional Sekolah yang dikuasai kepala sekolah.
Kualitas Guru
Selain itu, Doni menghimbau kepada mendikbud untuk meningkatkan kualitas para guru dengan memperbanyak pelatihan bagi mereka.
“Guru kita sekarang kan, cara berpikirnya masih ketinggalan karena jarang mendapat pelatihan,” kata Doni.
Sumber: Geotimes.co.id