Wednesday 25 May 2016

Doni Koesoema, Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia: Pemblokiran Gim Daring Saja tak Cukup


Selasa, 26 April 2016, 14:00 WIB


Bagaimana pandangan Anda tentang gim daring? Apakah gim bisa memengaruhi sikap anak?
Gim yang berbau kekerasan memang ada di masyarakat. Gim seperti ini jelas bisa memengaruhi anak untuk bersikap keras terhadap teman sebayanya dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, gim ini juga bisa menyebabkan anak ketagihan yang kemudian bertindak asosial.

Mengapa bisa terjadi demikian?
Banyak gim daring yang mengandung kekerasan dan ini berarti tidak semua usia bisa memainkannya. Dalam hal ini, terutama pada anak-anak yang di bawah umur. Anak-anak usia ini tentu tidak mampu menganalisis permainan dengan baik apakah benar atau tidak tindakan yang dilakukan dalam gim yang dimainkannya. Karena itu, besar kemungkinan untuk melakukannya dalam dunia nyata tentu ada.

Saya contohkan pada saat olahraga Smackdown (gulat bebas) yang beberapa tahun lalu sempat booming di Indonesia. Ini kan ada kasus anak-anak yang sampai terluka, bahkan meninggal gara-gara melihat dan menyaksikan program tersebut. Mereka tidak tahu benar atau tidak yang dilakukan para pemain dalam acara tersebut. Oleh sebab itu, hal-hal yang mengandung ini tentu harus dijauhkan dari anak-anak, termasuk gim daring.

Apakah perlu dilakukan pemblokiran agar anak tidak bisa mengakses gim berbau kekerasan ini?
Tidak bisa hanya dengan memblokir. Kita harus kerja samakan antara orangtua dan sekolah dan guru. Kerja sama ini dilakukan demi mencegah anak saat menggunakan media yang tidak tepat bagi anak. Program pendidikan yang positif yang sebenarnya harus ditekankan, seperti belajar membaca, menulis, dan hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas anak. Sebenarnya kan banyak gim yang edukasi seperti itu, ini yang perlu didorong dan diketahui.

Lalu, langkah apa yang tepat untuk menangkal gim berbau kekerasan ini?
Teknologi memang tidak bisa dihindari. Kerja sama dengan gamers adalah salah satu upaya yang perlu dilakukan. Para gamers nantinya bisa terlibat untuk membuat gim yang berpendidikan agar diperbanyak jumlahnya.

Selain itu, monitoring orang tua juga perlu diperkuat lagi. Tidak hanya saat main gim di gadget, tapi di warnet juga. Banyak orang tua yang tidak tahu anaknya sedang main di warnet, padahal anak sebenarnya tidak boleh masuk ke warnet. Untuk itu, hal ini tampaknya pemerintah perlu membuat aturan larangan masuk internet bagi anak-anak.

Mengapa aturan itu perlu diterapkan?
Anak-anak itu sebenarnya harus didampingi orang dewasa saat mengakses internet. Memang ada dampak positif dan negatifnya saat mengakses internet di warnet, tapi kalau anak kecil apa yang mereka dapat? Kemungkinan besar, anak main gim di situ.   

Oleh Wida Fizriyani (ed: Fitriyan Zamzami)

Pendidikan Keagamaan